Laman


Search Box

2.2.10

AKHIR DARI PENA MENUJU GERIGI

“Sebuah perjalanan kehidupan, menjadi suatu cerita yang bergerak sesuai dengan kondisi yang menghantam dan mendorong, diimbangi dengan gerahnya diam dalam gesekan kehidupan makhluk yang dijuluki manusia.”

Pena merupakan suatu status subjek dari wadah dan atau lembaga pendidikan untuk dapat menulis, membaca, dan berhitung. Pena pun dijadikan harapan tahap awal untuk berevaluasi menjadi suatu bentuk Gerigi yang bergerak dengan tenaga dan pikiran dalam ketahanan dan kekuatan mempertahankan kehidupan subjek.
Pena mengukir jejak hari dalam tahapan-tahapan dengan keragaman dan aturan untuk menjadi pencipta dan mengetahui apa yang belum diketahui. Pena bergerak dengan materi dalam bentuk uang yang dikeluarkan untuk membeli ilmu pengetahuan dalam suatu lembaga pendidikan yang diciptakan seperti perdagangan saja.
Pena melalui berbagai warna yakni merah, biru, abu-abu, dan selanjutnya dalam waktu sekurang-kurangnya 12 tahun terlewati. Harapan pena menjadi cerdas dan berilmu untuk mengetahui semua yang subjek lewati dalam waktu, rasakan dengan panca indera, dan dapat dijadikan tulisan oleh pena dalam perjalanannya.
Kehidupan pena diciptakan untuk patuh dan berekstafet menggelindingkan ilmu sampai dengan pena lain tercipta. Banyak sisi yang pena alami dalam waktu dan tempat pena menuntut ilmu, kadang pintar menjadi bodoh, dan bodoh menjadi pintar dengan batasan materi yang disebut uang.
Pena terperangkap dalam harapan menjadi bagian dari lembaga (subjek), namun pena diarahkan menjadi objek atau diluar dari lembaga. Pena dibisukan tanpa suara, diikat tanpa gerak melawan, ditekan dengan kepadatan waktu, diancam dengan nilai dan akademik pena. Tapi pena harus tahan dan berkumpul dengan pena-pena yang lain untuk menhantam kondisi yang membuat keterbatasan dalam kehidupan pena.
Banyak waktu terlampaui oleh pena dan pastinya berevolusi menjadi gerigi. Gerigi merupakan subjek yang bergerak dengan tenaga dan pikiran untuk mendapatkan materi yang disebut uang dalam bentuk upah dan gaji. Gerigi bergerak sama seperti pena, dengan kekangan aturan kekusaan materi yang membatasi untuk tidak dapat meningkat namun tenaga dan pikiran Gerigi tetap bergerak dan terkuras dalam pengabdian untuk kekuasaan pemilik materi itu.
Gerigi dibatasi dengan upah yang ada, dan tidak mencukupi dalam arti yang sudah Gerigi keluarkan untuk menghasilkan sesuatu. Gerigi tidak boleh berbicara lantang, harus menunduk dan siap untuk bergerak mekanik dalam eksploitasi atau penghisapan tenaga dan pikirannya. Gerigi merupakan korban dari kondisi yang memang diciptakan seperti ini, gerigi harus pasrah dan diam walau kerapuhan akan menghapiri gerigi dalam waktu cepat.
Gerigi terkadang takut untuk bergerak lain, yakni gerak yang kualitatif. Gerigi hanya dijadikan sapi perahan untuk kekuasaan materi yang disebut uang. Suatu system dan kondisi lahir dan tercipta tanpa disadari gerigi, dan mau tidak mau harus diterima dan mengikuti yang telah ada walau sakit dan tersiksa dalam geraknya.
Lalu apakah pena dan gerigi hanya diam dan patuh saja,…..ya…..ya……ya……itu terlihat dari egois dan keangkuhannya masing-masing untuk tidak berfikir dan bersatu dalam perubahannya. Walaupun ada gerak, namun angkuh dengan pikiran dan konsep atau pun kadang warna bendera yang menjadi eksistensi perlawanannya sendiri,…..tidak akan bisa…….semua dapat hancur dan berubah jikalau satu untuk semua siap menghantamnya.

…ditulis untuk perubahan dan harapan perubahan jua…

No comments: